Melihat bias matamu yang tak tak
biasa saja telah menghancurkan setengah kebahagiaanku. Lalu kamu
menuntunku seakan ingin secepatnya pergi. Aku tersenyum, hatiku menangis teriris-iris.
Aku hanya ingin terlihat tegar dimatamu, meski mungkin kamu telah tidak
perduli.
Aku menunggu, terlalu cepat. Kamu
telah ingin menikmati hujan tanpaku. Aku berharap ada keajaiban yang bisa
menuntunmu kembali seperti awal, kamu yang selalu membuat pelangi di sisi
terkelam hidupku. Namun kamu terlalu pintar, kamu kemas setiap butir kata
dengan sangat sederhana. Membuatku menguap menjadi awan mendung.
Walau saat itu kamu hanya berada
20 senti dariku. Namun aku sangat merindukanmu, merasa bahwa kehadiranmu berada
di belahan dunia yang berbeda. Tak percaya semua akan berakhir, bahkan di mimpi
terburukku. Aku lelah, langkahku gontai (andau kau melihat). Kamu telah sukses
membuatku lupa bernafas, sesak dalam kesunyian.
Aku harus beranjak, atau kamu
saja. Karena aku ingin menangis di belakangmu. Menangis diam-diam, tanpa suara,
tanpa isak. Lalu tertidur di tengah hujan yang akan hapus jejakmu. Meski aku
terlalu berharap, terlalu berharap kamu tak benar-benar pergi.
*andai waktu bisa kuputar, akan
kutahan langkahmu yang menjauh. Menjauh meninggalkan puzzle yang tak pernah
bisa kurangkum.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih, komentarnya ya..^^